Kamis, 01 Juli 2010

IPB dalam Hidup Istriku Marissa Haque: Ikang Fawzi


IPB dan Lingkungan Hidup Marissa Haque

Hari hari belakangan ini saya merasakan sebuah ‘kemewahan’ luar biasa dan agak ge-er bahwa saya being chosen untuk dapat turut menikmati pendidikan disalah satu kampus terbaik dinegeri ini IPB (Institut Pertanian Bogor). Walaupun disaat SMAN 8 (sekolah unggulan di Jakarta saat itu) saya lulus dari jurusan IPA, namun dengan seribu persen kesadaran penuh saya memilih sebuah fakultas dimana sayapun selalu punya waktu luang untuk shooting film yang menjadi instrumen aktualisasi diri saat itu. Akhirnya pilihan jatuh kepada Fakultas Hukum. Dan sebagai lulusan Fakultas Hukum saya tidak berani bermimpi untuk berdekat-dekatan dengan sebuah universitas yang sangat eksakta semacam IPB ini. Namun, sejarah hidup menetukan lain disaat saya masih duduk sebagai anggota DPR RI melalui suami Ce’ Hetty Koes Endang yang bernama Yusuf Emir Faisal, PhD (DPR RI/Fraksi PKB) dan Prof. Dr. Rokhmin Dahuri (Menteri Kelalutan/PDIP) ditambah dorongan teman sesama kader PDIP asal Jambi Elviana dan Prof. Dr. Asep Saefudin, MSc sebagai Purek 4 IPB bidang Pengembangan Usaha saya mencoba ikutan tes masuk program Doktor dan surprisingly lolos pada sekitar tahun 2005.

Ketertarikan saya pada program PSL (Pusat Studi Lingkungan) ini karena memang menyaksikan dengan mata kepala sendiri kehancuran bumi didepan mata namun pemerintah Indonesia sangat naif didalam mengahadapi semua gejala kehancuran alam oleh keserakahan manusia penguasanya. PSL sebagai satu-satunya jurusan yang “multidisiplin” di IPB, juga menyediakan kelas eksekutif bagi orang-orang sibuk yang ingin tetap mengisi kognisinya dengan bidang keilmuan akademik (resmi) namun terhadang kesibukan waktu kerja dan tanggung jawab sosial lainnya. Saya masuk dikelas eksekutif Jumat dan Sabtu di Kampus Baranangsiang, Bogor ini selain karena memang dihari kerja sibuk sebagai anggota DPR RI, juga karena keuangan saya masih sangat lapang disaat itu. Dikelas tempat saya belajar dengan interior manis ber-air condition seperti sekolahku saat di Ohio, Amerika Serikat dulu adalah juga ruang kelas dimana Presiden SBY bersekolah. Sembari bercanda saya dan teman-teman sekelas sering ikutan gantian duduk ditempat Pak SBY dulu duduk dan mengatakan: “ … aaaah… siapa tahu jadi Presiden juga, atau minimal Menteri deeeeh!” tawa kami sekelas berderai bersahut-sahutan. Namun apakah sedemikian mudah lulus dari PSL-IPB? Hmmm… saya belum ingin menjawabnya pada tulisan pertama terkait IPB ini. Karena saya ingin memulainya dengan yang ringan-manis-lucu, sehingga enak untuk disimpan mengkristal didalam memoriku.

Sumber: http://ikangfawzi.blogdetik.com/2009/04/23/ipb-dan-lingkungan-hidup-marissa-haque-fawzi/